Member’s pic in Honbu (RFA)


Foto ini dikirimkan oleh seorang teman saya, dari Pematang Siantar.
Sebuah hasil jepretan dari Rony Zakaria.
Foto ini diambil pada tanggal 12 Juli 2008,
sehari sebelum acara “Religious Art Festival for Peace“,
saat semua anggota mengatakan… “SENSEI”…..
sebuah ungkapan mendalam dari hubungan Guru dan Murid.

Kliping berita tertinggal "Religious Art Festival for Peace"

Masih banyak kliping berita “Religious Art Festival for Peace” yang telah dilaksanakan oleh Soka Gakkai Indonesia bekerja sama dengan PBDNU dan KNPI, pada tanggal 13 Juli silam.
Inilah diantaranya berita-berita yang bisa mewakili acara dengan tujuan merajut perdamaian melalui kebudayaan tersebut:

  • Indonesian Organizations Recognize Daisaku Ikeda for Lifetime Contributions to Peace, Culture and Education [link]
  • Budaya Merajut Kebinekaan [link]

Esok yg membingungkan, Guru dan Murid

Seharusnya, besok adalah hari yang menyenangkan. Namun, ada 2 kegiatan yang jadwalnya bersamaan, sehingga kemungkinan besar aku hanya dapat memilih salah satu diantaranya. Pertama, aku sangat berterima kasih sekali dengan Ibu Rossa, dekan fmipa-unpar yang sedang berada di Palembang sehingga aku pun berkesempatan untuk bimbingan skripsi dengan beliau. Mungkin orang beranggapan bahwa hal ini terjadi hanya karena ‘kebetulan’. Tak ada istilah kebetulan dalam kamusku! Benar-benar terima kasih dan aku sangat menghargainya. Aku benar-benar terharu karena Ibu Vero, pembimbingku yang beneran masih mengingat diriku. Aku tak tau dan tak mau tau tanggapan beliau terhadap diriku. Aku merasa malu dan tidak layak mendapatkan pembimbing yang hebat, karena aku bukan mahasiswa yang pandai dan rajin. Aku bukanlah apa-apa, hanya seorang mahasiswa angkatan pertama di perguruan tinggi biasa saja, tapi merupakan kampus tercintaku, kawah candradimuka, tempatku belajar. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa aku akan memberikan yang terbaik dan tak akan mengecewakan beliau. Memang banyak godaan. Tapi aku akan berusaha. Aku selalu berpikir satu hal sejak dulu:

Orang yang telah berusaha total, maksimal dan 100% meskipun tak menang, bukan berarti dia kalah!

Btw, kalimat total, maksimal dan 100% adalah semacam tekad sewaktu aku masih sering terlibat dalam outbound tim Komkep KAPal. Kalimat yang seringkali didengung-dengungkan kepada para peserta, dan sepengetahuanku, Rm. Avien lah yang sering mengucapkan kalimat tersebut. Aku benar-benar bahagia bisa mengenal beliau. Aku sangat merindukan saat-saat menjadi fasilitator bersama teman-teman seperjuanganku di Komkep. Telah hampir 1 tahun, aku tak bertemu, ‘nongkrong-nongkrong’ dan bercengkrama akrab dengan mereka sembari minum kopi panas ataupun makan burung di jalan Radial, sejak aku bertekad untuk tak menginjakkan kaki di dua perahu lagi, Katolik dan Budhisme. Aku tulus membantu sebatas kegiatan, teman. Namun, aku tak pernah lagi mengikuti Misa ataupun liturgi lainnya, sudah 5 tahun. Mereka adalah orang-orang terbaik yang banyak mempengaruhi kepribadianku sejak kelas 3 SD. Sulit melepaskan masa-masa 10 tahun bersama, namun aku harus berani menjalankan pilihan hidupku. Awalnya, aku memilih hanya karena “demi… demi….  dan demi…. [segelintir orang]”. Namun, sekarang bukan demi siapa-siapa lagi. Budhisme adalah pilihan dan jalan hidup yang kupilih. Maka, semua yang terjadi selama 17 tahun, hanyalah tinggal kenangan saja. Satu hal yang masih belum terjadi adalah, sahabat-sahabat terbaikku yang benar-benar nyata mengelilingiku tak ada yang Budhis. Pak Ali, dosen mata kuliah ‘Reading Comp.’ ku mengatakan:

Tak peduli kita lahir sabagai apa, yang penting adalah apa yang akan kita lakukan sesudahnya.

Baiklah, kembali ke topik.

Yang kedua, adalah: Mr. Loh (pimpinan dari SSA), Pak Peter, dan Sdr. Heryanto akan berkunjung ke Palembang dan mengadakan pertemuan pimpinan pada waktu yang sama dengan bimbingan skripsiku. Aku masih tetap berharap mengikuti keduanya. Namun, kalaupun harus memilih, maka aku memilih untuk bimbingan skripsi dahulu. Apakah benar ini yang dinamakan bahwa “Hati kepercayaan adalah kehidupan?” [shinjin shoku se katsu] ha3 tak tau tulisannya benar atau salah.

Agama ada untuk manusia.
Bukan manusia untuk agama.

Maka, yang dikatakan bahwa agama adalah candu, menurut Karl Max sama sekali tak berlaku bagi pelaksana Saddharma Pundarika Sutra.

Aku juga ingin berbagi kutipan dari Novel Perombakan Sifat Jiwa yang ditulis di Majalah Bulanan Soka Gakkai Indonesia, Soka Spirit, halaman 56:

11 April. Aku belum menemukan guruku Terlebih lagi, aku belum menemukan filosofi yang dapat kuandalkan. Aku tahu dalam hati bahwa aku harus menemukan seorang guru, tiada yang dapat kulakukan selain mencari seorang guru. Apa gunanya universitas maupun sekolah tinggi? Hanya ketika orang tahu di dalam hatinya apa yang akan dia cari barulah dirinya dapat bekerja untuk masyarakat.

Orang hanya perlu meningkatkan diri dari hari-hari, dengan senyum dalam hatinya. Apa perlunya mendengarkan kata-kata orang bodoh? Hati manusia sulit dipercaya. Jadilah mandiri dan memiliki rasa hormat terhadap diri sendiri. Jika orang tidak mengukir nasibnya sendiri, tiada seorang pun yang akan membawakan kunci untuk membukakan nasib itu untuknya.
Lihatlah hal-hal secara luas mengenai situasi umum dan perjuanganmu sendiri. Meski anda ditertawakan ataupun dikritik orang, hal itu tidak ada artinya jika kamu menyayangi sesuatu yang Anda percayai.Tapi tenang saja, aku tak akan Drop-out 🙂 karena aku sudah menemukan guruku 🙂

Sekarang, aku ingin berbagi tentang pemikiranku.

Mengerjakan tugas akhir – urusan sepele – saja membutuhkan seorang guru, mentor yang harus membimbing dan menunjukkan jalan yang benar yang harus diikuti sang murid apabila menginginkan nilai A dan mampu mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya. Dalam proses tersebut, sang murid benar-benar dituntut untuk mengikuti ajaran atau pun saran sang guru.

Apalagi dalam kehidupan, mengarungi samudra luas, menggapai puncak tertinggi sebagai seorang manusia seutuhnya, tentu saja kita membutuhkan guru. Guru yang benar-benar dapat kita ikuti. Hati guru seperti apa, maka hati murid juga harus seperti sang Guru. Inilah yang dinamakan kesatuan hati Guru dan Murid.Maka, kesimpulannya, carilah Guru kehidupan sejatimu, tempat kita bernaung dan tujuan hidup kita.

Tidak tau apakah teman-teman berani mengambil jalan Guru dan Murid seperti itu dan menjadikannya sebagai tujuan hidup kita. Namun, kebahagiaan terbesarku adalah aku memiliki seorang guru yang telah menjadi inspirator dalam segala hal dalam 5 tahun terakhir hidupku dan tahun-tahun yang akan datang.

Inilah Budhisme, mengajarkan kesatuan Guru dan Murid.

Pada hal. 32 dari buku yang sama, tertulis:

Pada Pertemuan Umum Soka Gakkai Kyushu ke-2 di bulan Juni 1956, Nichijun Shonin berkata: “Ketika kita menanyakan apa yang membentuk fondasi kokoh hati kepercayaan dalam Soka Gakkai, saya pikir kita akan menemukan bahwa satu faktor tunggal yang paling pentin adalah – DALAM HAL HUBUNGAN GURU DAN MURID – pengukuhan yang jelas akan hubungan ini dan hati kepercayaan yang semakin mendalam yang dihasilkan darinya. Hati kepercayaan yang kuat dari anggota Soka Gakkai sekarang ini berasal sepenuhnya dari hal ini. Saya percaya hal ini menjadi landasan dari apa yang diajarkan Presiden Toda. Para murid mempercayai guru mereka; sang guru membimbing muridnya – jika orang dengan tegas menegakkan hubungan ini, ia pasti akan menguasai ajaran Budhisme.”

Hmmm, rasanya puas setelah menuliskan kalimat demi kalimat di atas. Terima kasih atas kesabaran dalam membacanya 🙂

Religious Art Festival for Peace (sumber: NU Online)

Guna mendorong terciptanya perdamaian di dunia, Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi NU) bekerjasama dengan Soka Gakkai Indonesia, dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) menggelar Religious Art Festival for Peace pada Minggu (13/7) malam di Jitec Mangga Dua.Berbagai jenis karya seni ditampilkan dalam pagelaran itu seperti tarian Mambri dari Papua yang menggambarkan keperkasaan prajurit Papua dan menari sebagai rasa kebersamaan, drama musikal Annie tentang perjuangan dan semangat anak yatim, taiko komposisi musik antara kekuatan fisik dan kelembutan, angklung, musik tradisional Jawa Barat, tari Betawi, tari Soreng dan lainnya, serta penampilan sejumlah artis, yaitu Cici Paramida, Iwan Fals, Dharma Oratmangun, Senno Haryo dan para pemenang Indonesian Idol. Soka Gakkai adalah sebuah lembaga yang berakar pada filsafat Budhisme Nichiren Daishonin yang menekankan pada hubungan yang dalam antara kebahagiaan diri sendiri dengan kebahagiaan orang lain.

Foto-foto:

Seni pertunjukan koreografi kolosal
yang memadukan semangat,
kekuatan dan kesatuan hati
dalam mencapai sebuah tujuah



Sebuah tarian Betawi yang
menggambarkan kebersamaan,
keceriaan serta kecantikan untuk
menyambut tamu dengan sebuah
tari kolaborasi gitek balen dan nyai kembang




Para ibu-ibu memainkan angklung
yang merupakan alat musik tradisional
dari Jawa Barat dengan
lagu Bengawan Solo yang sangat terkenal


Taiko, sebuah komposisi yang menjadi
lambang dari Edo Sukeroku Daiko
yang membutuhkan tenaga fisik
tetapi juga harus ditampilkan dengan lembut dan halus


Tari Soreng yang menggambarkan kepiawaian
dan kekompakan pasukan Aria Penangsang
yang dikenal berwatak keras
tetapi bertanggung jawab.
Dalam tarian ini, tersirat bahwa solidaritas
sesama pasukan melalui gerakan yang
kompak untuk mewujudkan perdamaian


KH Abdurrahman Wahid menyampaiikan
pesan-pesan perdamaian kepada para hadirin
yang sebagian besar berasal dari etnis China



Iwan Fals menyanyikan sebuah lagu
dengan tema perdamaian melalui
karakter suaranya yang khas dan masih prima



Cici Paramida menyanyikan sebuah lagu Arab
yang dipopulerkan oleh Umi Kulsum
dengan iringan musik Ki Ageng Ganjur

 

 

Gagal Sidang Draft dan ke G. Kaba

ehm,
semua rencana berantakan.
Sepertinya,
tahun ini memang benar-benar tahun yang paling apes,
sial melulu rasanya 😦

—kaba—
Harusnya sekarang,
aku sedang menikmati pemandangan dari puncak Kaba.
Eh, batal berangkat.
Padahal,
sudah packing, semua sudah siap.
2 temanku tiba-tiba gak jadi pergi.
Lantas, tak mungkin kami berdua saja yang berkemah.
Alangkah mengerikannya,
hanya berdua di puncak Gunung.
Mana banyak penampakan dan pendengaran aneh-aneh pula di sana.
Ekspedisi Mahadewi, BATAL.

Yang sudah pasti saja bisa dibatalkan.
Apalagi yang belum direncanakan sama sekali.
Kita hidup di dunia yang penuh dengan ketidakpastian.
Bagi kita, manusia biasa memang tak ada yang pasti.
Namun, bagi para Buddha, Dewa-dewi yang telah sadar akan hakikat alam semesta ini,
semuanya adalah pasti.
Maka, tak ada yang namanya kebetulan.

Banyak orang sangsi dalam mengklasifikasikan KABA,
bukit atau gunung?
Tak terlalu tinggi, sekitar 1000mdpl,
namun memiliki kawah.
Tak mungkin bukit berkawah, bukan?
Ada 2 jalur untuk menuju ke sana.
Pertama, jalur yang bisa dilalui oleh kendaraan,
dan kedua, jalur rimba,
yang memang diperuntukkan bagi yang gemar hiking.
Nanti, akan kutulis catatan perjalananku di blog ini,
kapan-kapan ya 🙂

—tugas akhir—
Akhirnya, gagal sidang draft.
Terpaksa tahun depan baru wisuda.
Ya, kemungkinan besar.
Tetapi, aku sama sekali tak menyesalinya.
Hanya sedikit stress saja hahahaha…

Dalam segala hal yang kukerjakan,
aku menginginkan hasil terbaik!
Kalau memang kemampuanku belum layak untuk lulus,
maka aku tak akan memaksakan diri.

Mungkin, banyak orang berpikir:
“Alangkah bodohnya dia, memilih dosen pembimbing jauh-jauh,
gelar doktor, kuliah 9 semester dan kemungkinan besar
tak dapat lulus dengan predicate cum-laude. Sayang sekali…”

Ahhh, peduli amat….
Aku masih bisa hidup tanpa embel-embel itu.
Dunia membutuhkan orang yang berkemampuan, bukan orang yang bergelar tok.
Mencari ilmu, gelar pasti kau dapatkan.
Mencari gelar, belum tentu ilmu kau peroleh.

cuit..cuit… ngomong sih mudah. Tinggal pelaksanaannya saja 🙂
Kadang kala, aku sibuk mengurusi pikiran orang terhadap diriku.
Tapi, sekarang, aku sudah belajar untuk lebih mengikuti kata hatiku.
Tak perlu malu.
Jangan sampai aku mati karena malu!

Semester 8 sudah selesai dan belum ada progress real tentang skripsi,
padahal mata kuliah yang kuambil hanya: “Tugas Akhir”.
Aku berpikir untuk menyelesaikannya 1 semester lagi.
Angka 9, angka yang bagus.
Ya, aku akan berjuang lagi dari NOL.

Benar yang dikatakan oleh Pak Kristo,
rasa malas menghantui kita tatkala waktu hanya dihabiskan untuk menyelesaikan skripsi, tanpa ada kuliah lain.

Godaan terbesarku, adalah rasa malas…malas dan malas lagi.
Maka, sekarang harus lebih rajin lagi.
Semangat May!!!
Keep your spirit, okey?

Aku merasa tulisanku hari ini,
cukup tak enak dirasakan.
Di sana, terkandung emosi, kesombongan dan kemarahan terhadap diri sendiri,
terutama marah terhadap kemalasanku!!!!!!!

Menantang Diri Sendiri terhadap Kegagalan

Tidak ada yang tidak dapat diperbaiki pada masa muda. Namun, kesalahan paling buruk yang Anda lakukan pada masa muda adalah menyerah dan tidak menantang diri sendiri terhadap perasaan takut gagal. Masa lalu adalah masa lalu. Masa depan adalah masa depan. Kamu harus tetap melangkah maju dengan tatapan yang mantap pada masa depan. Katakan pada diri sendiri: “Saya akan memulainya lagi, sekarang, saat ini juga!” Inilah inti sari Sebab Pokok Budhisme Nichiren Daishonin, semangat untuk memulai saat ini juga.
– Daisaku Ikeda –

Kliping Laporan "Religious Art Festival for Peace" dari Berbagai Sumber

Di bawah ini terdapat beberapa artikel seputar salah satu kegiatan dari Soka Gakkai Indonesia pada tahun ini, yaitu acara kebudayaan bertema : “Religious Art Festival for Peace”, bekerja sama dengan PBNU dan DPP KNPI yang telah terselenggara pada tanggal 13 Juli 2008. Semoga Anda menyukainya 🙂

KONSER BUDAYA

Iwan Fals – Cici Paramida
Obati Kerinduan Penggemar

Senin, 14 Juli 2008

Pengamen yang kini menjadi penyanyi legendaris, Iwan Fals, kembali unjuk gigi. Minggu kemarin, pelantun lagu “Umar Bakri” ini sukses menghibur penggemarnya yang tumplek blek dalam acara Religious Art Festival for Peace di Jakarta International Event and Convention Center (JITEC), Mangga Dua Square, Jakarta.

Festival yang dibuka mulai pukul 19.00 WIB tersebut juga menampilkan pedangdut Cici Paramida dan kelompok musik Ki Ageng Ganjur yang berkolaborasi dengan musik taiko Jepang. Sedangkan kader Partai Golkar yang juga pencipta lagu, Dharma Oratmangun, mengetengahkan Beast Male Indonesian Idol.

Beast Male Indonesian Idol melantunkan tiga lagu karya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertajuk “Rinduku Padamu”, “Mentari Bersinar”, dan “Kuasa Tuhan”.

“Konser budaya ini bisa dibilang sukses. Betapa tidak, 500 orang pengisi acara semua bekerja maksimal agar acara ini memuaskan penonton. Malah Iwan Fals dan Cici Paramida harus bersyukur karena penampilan mereka di acara ini langsung mengobati kerinduan penggemar mereka. Wartawan bisa melihat sendiri, betapa antusias penggemar Iwan dan Cici memberi sambutan saat kedua bintang idola mereka itu tampil di panggung,” ujar seorang panitia, Dinaldo.

Festival yang bertujuan untuk menjalin persahabatan antaragama melalui kebudayaan ini, terselenggara atas prakarsa Soka Gakkai Indonesia, yang merupakan afiliasi dari Soka Gakkai International yang berkantor pusat di Jepang.

Menurut Ketua Umum Soka Gakkai Indonesia, Peter Nurhan, sebagai sebuah organisasi, Soka Gakkai dalam setiap kegiatannya memegang teguh nilai-nilai perdamaian, pendidikan, dan kebudayaan. “Kita harus bisa mengekspresikan perasaan manusia lewat budaya,” ujarnya.

Sementara itu, tokoh agama Prof Dr Said Agil Husin Al Munawar mengatakan, festival budaya yang sarat dengan pesan moral ini menjadi sangat penting dalam rangka mengajak bangsa Indonesia kembali ke jati diri sebagai bangsa yang berbudaya, yang saling menghargai dan menghormati sesama manusia dalam perbedaan.

“Ketegangan yang acap terjadi di negeri ini karena kita mengesampingkan kebudayaan dan keberadaban. Agama hanya mempersoalkan akidah, sedangkan segi moralnya diabaikan sehingga muncul aliran yang keras dan sangar,” ujar Said Agil.


Selain itu, kata Said Agil, ketegangan dalam masyarakat muncul akibat seringnya penyelesaian masalah dilakukan melalui pendekatan politik.

“Politik itu kan barang ‘abu-abu’, ada bohongnya, sehingga kalau persoalan diajak ke politik, terjadilah ketegangan,” katanya. (Laurentius Chen)

Gus Dur: Perubahan harus Berakar pada Tradisi

Senin, 14 Juli 2008 19:13
Jakarta, NU Online

KH Abdurrahman Wahid yang biasa dipanggil Gus Dur menuturkan sebuah perubahan masyarakat akan berhasil jika ia mendasarkan diri pada tradisi yang sudah ada pada bangsa dan negera itu.

Demikian dikemukakan ketika memberikan sambutan pada Religious Art Festival for Peace yang diselenggarakan di Jitec Mangga Dua, Minggu (13/7) malam yang diselenggarakan atas kerjasama Lesbumi NU, Soka Gakkai Indonesia dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

“Perubahan-perubahan itu haruslah berakar pada budaya bangsa dan negera, orang Jepang termasuk Soka Gakkai adalah orang yang bangga dengan tradisinya,” katanya.

Mantan Ketua Umum PBNU ini mengaku banyak belajar dari para tokoh penting Jepang yang telah menggerakkan negeri Matahari Terbit sampai akhirnya bisa mencapai kejayaan saat ini, yaitu Tokugawa Leyasu yang telah melakukan reformasi Meiji yang membuat Jepang terbuka pada dunia luar, tetapi tetap memegang tradisinya yang baik.

Kedua adalah Yoshida Shigeru, PM Jepang seusai Perang Dunia II yang menghancurkan Jepang. Ia berhasil membangkitkan kembali kebanggaan dan memberi semangat untuk kembali bangkit dan berkompetisi dengan dunia luar.

“Ini yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia jika ingin mengadakan perubahan. Dan Kalau ingin sukses dalam pembangunan, mau tidak mau kita harus membersihkan diri dari korupsi,” paparnya. (mkf)

sumber : http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=13431

Saka Gakkai Anugerahkan Gelar Dr HC Untuk Wapres

Senin, 14 Juli 2008 | 13:20 WIB

Laporan Wartawan Kompas, Suhartono

JAKARTA, SENIN – Universitas Soka Gakkai Jepang, yang bernaung di bawah organisasi keagamaan Budha, Soka Gakkai Internasional, akan menganugerahkan gelar doktor honoris causa (DR HC) kepada Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla dinilai sebagai tokoh yang memberikan sumbangsih yang besar terhadap perdamaian di Indonesia, khususnya perdamaian di Ambon, Poso dan Aceh.

Cuma, penganugerahan gelar Dr HC baru akan diberikan jika Jusuf Kalla berkunjung ke Jepang. Hal itu diungkapkan oleh Humas Soka Gakkai Indonesia Elly Mulyawan kepada pers, seusai menemani Wakil Presiden Soka Gakkai Internasional Hiromasa Ikeda bertemu dengan Wapres Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Senin (14/7) siang.

Wakil Presiden Soka Gakkai Internasional Jepang merupakan putra kandung Presiden Soka Gakkai Internasional Dr Daisaku Ikeda. “Karena, peranannya dalam perdamaian di Ambon, Poso dan Aceh, yang berhasil atasi bebagai konflik. Akan tetapi, gelar itu akan diberikan sesuai jadwal pak Wapres datang ke Jepang,” ungkap Elly.

Menurut Elly, Wapres Kalla menyambut baik pemberian gelar Dr HC tersebut dan mengucapkan terima kasih. “Beliau sangat mengenal Soka Gakkai dan menyampaikan salam hormat kepada Daisaku Ikeda,” tambah Elly.

Dalam catatan Kompas, tahun lalu, Wapres Kalla juga pernah mendapat gelar kehormatan sebagai Dr HC di bidang perekonomian dari Universitas di Malaysia.

sumber: http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/14/13203348/saka.gakkai.anugerahkan.gelar.dr.hc.untuk.wapres

 

Daisaku Ikeda Dapat Penghargaan Wahid Institute

Senin, 14 Juli 2008 | 18:34 WIB

JAKARTA, SENIN – Wahid Instute memberikan penghargaan kepada Dr Daisaku Ikeda, Presiden Yayasan Soka Gakka Internasional, di Wahid Institute, Jakarta. Pemberian penghargaan ini merupakan suatu penghormatan bagi Dr Daisaku Ikeda atas konsistensi dan kontribusinya dalam perbaikan peradaban, pendidikan, dan kedamaian dunia.

“Tidak ada kedamaian tanpa keadilan dan keadilan hanya dapat muncul lewat diskusi yang seimbang antara perbedaan yang ada,” kata KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam sambutannya pada acara pemberian penghargaan tersebut di Wahid Institute, Jakarta, Senin (14/7). Gus Dur dalam sambutannya menyatakan bahwa Indonesia harus belajar dari Jepang dalam hal perbaikan peradaban terutama dalam bidang ekonomi.

Gus Dur mengatakan, “Kalau saja Republik Tiongkok, India dan Indonesia mau belajar dari Jepang, maka tidak akan lama lagi Asia akan menjadi pusat ekonomi dunia.” Gus Dur pun menyinggung tentang pengembangan pembangunan yang sehat dan pembatasan dialog tentang dasar konstitusi negara ini.

Sementara itu, Dr Daisaku Ikeda dalam sambutan yang diwakili oleh anaknya, Hiromasa Ikeda, wakil Presiden Yayasan Soka Gakkai Internasional, menyatakan bahwa hubungan Indonesia dan Jepang, yang dalam hal ini diwakili oleh Gus Dur dan Ikeda, dimulai dari kesamaan pemikiran filosofi dan humanisme. Kesamaan inilah yang membuat Gus Dur dianugerahi Honoris Causa oleh Yayasan Soka Gakkai Internasional pada tahun 2002.

Wahid Institute menilai Yayasan Soka Gakkai Internasional di Indonesia sudah melakukan banyak langkah nyata demi memajukan peradaban, pendidikan dan perdamaian dunia. Salah satunya adalah dengan mengadakan pertukaran pelajar antara Indonesia dan Jepang serta melakukan pertukaran pagelaran budaya.

Semangat Ikeda dalam perdamaian dunia pun dituangkan dalam buku yang berjudul Perjuangkan Hidup. Dalam buku ini dikemukakan bahwa perdamaian dapat dicapai walaupun ada perbedaan agama. Caranya adalah dengan melalui dialog karena dialog adalah cara untuk mencapai solusi. Menurutnya kekuatan dan kelanjutan dialog harus dipertahankan.

Yayasan Soka Gakkai Internasional merupakan yayasan pendidikan dan budaya yang bertempat di Tokyo, Jepang. Yayasan ini sudah berada di 192 negara termasuk di Indonesia. Dr Daisaku Ikeda tidak dapat hadir ke Indonesia karena kondisi kesehatan yang tidak baik.(M12-08)

Kalla Kembali Dapat Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 14 Jul 2008 | 12:46 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Wakil Presiden Jusuf Kalla mendapat penghargaan Doctor Honoris Causa dari Soka University Jepang. Kalla dianggap tokoh perdamaian dalam konflik di beberapa daerah di Indonesia.

“Pemberian gelar tergantung jadwal Wakil Presiden kapan beliau berkenan ke Jepang,” kata Hubungan Masyarakat Soka Gakkai Indonesia Elly Muliawan seusai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantor Wakil Presiden, Senin (14/7).

Menurut Elly, Kalla sangat optimistis dan berterima kasih atas penghargaan itu. Universitas Malaysia Sabah (UMS) juga pernah memberikan gelar doktor kehormatan (Doctor Honoris Causa) di bidang ekonomi kepada Kalla.

Soka Gakkai Internasional kemarin mengadakan konser perdamaian di Indonesia. Soka Gakkai, katanya, merupakan organisasi agama Budha yang bergerak di bidang pendidikan, perdamaian, dan keagamaan. Soka
telah menyebar di 192 negara.

Presiden Soka Gakai Internasional Daisaku Ikeda mendapat beberapa penghargaan dari berbagai organisasi massa di Indonesia. Di antaranya adalah penghargaan sebagai tokoh pendidikan dan perdamaian dari DPP KNPI dan Universitas Indonesia. Selain itu, Wahid Institute berencana memberikan penghargaan kepada Daisaku siang ini.

“Namun Presiden Soka Gakai tidak bisa hadir. Beliau diwakili putranya yang juga Vice President Soka Gakkai Hiromasa Ikeda,” ujarnya.

-KURNIASIH BUDI-

Mahameru

Mahameru
by Dewa 19

Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo…

Menatap jalan setapak
Bertanya – tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Chorus:
Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Chorus
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Chorus
Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa…

Silahkan diunduh: Mahameru – Dewa 19 [Filetype:mp3]

Cinta

Sebuah artikel tentang makna Cinta yang dikirimkan oleh salah seorang temanku. Bagiku, artikel ini memiliki makna tersendiri dan aku menjadi lebih kuat setelah membacanya. Aku benar – benar suka membaca artikel ini dan aku pun sering membacanya berulang – ulang. Entah siapa yang telah menulisnya, tetapi yang pasti, aku bersyukur telah mendapatkannya melalui tangan kasih temanku.

Pacaran itu suatu hal yang mengesankan dan harus dipertahankan jika memang sudah sepadan. Seperti kata – kata berikut, cinta tak pernah akan begitu indah, jika tanpa persahabatan. Yang satu selalu menjadi penyebab yang lain dan prosesnya adalah irreversible. Seorang pecinta yang terbaik adalah sahabat yang terhebat. Jika kamu mencintai seseorang, jangan berharap bahwa seseorang itu akan mencintai kamu persis sebaliknya dalam kapasitas yang sama. Satu diantara kalian akan memberikan lebih, yang lain akan dirasa kurang. Begitu juga dalam kasus, kamu yang mencari, dan yang lain akan menanti.

Jangan pernah takut untuk jatuh cinta. Mungkin akan begitu menyakitkan, dan mungkin akan menyebabkan kamu sakit dan menderita, tapi jika kamu tidak mengikuti kata hati, pada akhirnya kamu akan menangis. Jauh lebih pedih karena saat itu menyadari bahwa kamu tidak pernah memberi cinta. Itu sebuah jalan. Cinta bukan sekedar perasaan, tapi sebuah komitmen. Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja. Cinta tak harus berakhir bahagia, karena cinta tidak harus berakhir. Cinta sejati mendengar apa yang tidak dikatakan, dan mengerti apa yang tidak dijelaskan, sebab cinta tidak datang dari bibir dan lidah atau pikiran, melainkan dari HATI.

Ketika kamu mencintai, jangan mengharapkan apapun sebagai imbalan, karena jika kamu demikian, kamu bukan mencintai, melainkan investasi. Jika kamu mencintai, kamu harus siap untuk menerima penderitaan. Karena jika kamu mengharap kebahagiaan, kamu bukan mencintai, melainkan memanfaatkan. Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu bersama seseorang yang kamu cintai daripada kehilangan seseorang yang kamu cintai, karena egomu yang tak berguna itu. Bagaimana aku akan berkata “selamat tinggal” kepada seseorang yang tidak pernah aku miliki? Kenapa tetes air mata jatuh demi seseorang yang tidak pernah menjadi kepunyaanku? Kenapa aku merindukan seseorang yang tidak pernah bersamaku dan aku bertanya, kenapa aku mencintai seseorang yang cintanya tidak pernah untukku?

Sangat sulit bagi dua orang yang mencintai satu sama lain ketika mereka tinggal dalam dua dunia yang berbeda. Tapi ketika kedua dunia ini melebur dan menjadi satu, itulah yang disebut “Keajaiban!” Jangan mencintai seseorang seperti bunga, karena bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, sebab sungai mengalir selamanya. Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu bagaikan kepingan-kepingan kaca, tapi tancapkan dalam pikiranmu, bahwa ada seseorang yang akan bersedia untuk menambal lukamu dengan mengumpulkan kembali pecahan-pecahan kaca itu, sehingga kamu akan menjadi utuh.