Belajar memiliki tahapan. Dari SD hingga Perguruan Tinggi. Kita harus terlebih dahulu belajar penjumlahan untuk bisa perkalian. Kita harus bisa perkalian untuk perpangkatan. Begitu juga dengan pembagian, kita harus belajar pengurangan terlebih dahulu! Baik, mari kita renungkan sesaat pernyataan tersebut…!!!
2+2+2+2=8 ≈ 2×4=8 ≈ 2^3=8
Sudah?
Apabila kita tak memahami pelajaran SD, maka kita akan menjadi pendengar yang baik di kelas SMP. Begitu seterusnya hingga perguruan tinggi. Makanya, tak heran apabila banyak mahasiswa yang salah jurusan kuliah dan berakhir dengan pekerjaan yang tak sesuai dengan minat dan bakatnya. Baru-baru ini, terdapat bursa tenaga kerja di GOR Palembang yang dikunjungi sekitar 1000 orang. Nah, apakah kita akan menjadi peserta yang ke-1001?
Pilihan ada di tangan kita.
Apa yang kita cari sewaktu kuliah? NILAI atau PINTAR?
Dosen tidak memberikan kita nilai. Nilai diperoleh berdasarkan hasil belajar diri sendiri. Itupun kalau, dosennya anti sogokan! Dosen yang mendidik, yang bukan hanya mengajar dan makan gaji!
Ada seorang mahasiswa cerdas (anak salah satu dosen idealis saya) yang menyelesaikan kuliah Akuntansi nya selama 6,5 tahun. Alasannya adalah karena batas Drop Out (DO) kampusnya adalah 7 tahun. Jadi, apabila batas Drop Out selama 10 tahun, saya menduga dia akan menyelesaikan kuliah selama 9,5 tahun. Semula saya pikir, alangkah bodohnya jalan pikiran dia. Tetapi, akhirnya saya dapat mengerti pola pikir dia. Usaha pembelajaran yang dia lakukan ternyata tidak sia-sia. Selulus kuliah, banyak perusahaan yang menawarkan pekerjaan dengan upah yang sangat memuaskan. Namun, karena dia bukan orang yang cepat puas, dia selalu mencari pekerjaan yang dapat memenuhi ambisinya.
Saya bukan tipe orang yang seperti itu. Semoga saya belum terlambat untuk menjadikan ‘pintar’ sebagai tujuan kuliah saya! Aset negara Indonesia yang kaya-raya akan sumber alam ini, sedikit demi sedikit menghilang. Banyak saudara kita telah dijual di luar negeri, dan pulang kampung dengan tubuh yang luluh-lantah. Lantas, yang kita miliki sekarang hanyalah OTAK. Kalau bukan mengasah otak untuk bekal penerus bangsa, apalagi yang kita punya?